Perjalanan Menuntut Ilmu (University Malaya Student’s Journey- 1)

.

Sudah genap dua tahun aku menempuh studi di negeri Jiran, namun baru sekarang aku sempat untuk sedikit menorehkan sedikit ceritaku di blog ini. Memangnya kemana dua tahun berlalu? Banyak hal yang terjadi tentu saja, dan ternyata perjalanan mencari ilmu ini tak semanis yang kubayangkan sebelumnya. Ada banyak tantangan yang aku hadapi, dan semua butuh penyesuaian. Sebagai students aku belajar banyak tata cara baru karena belajar di kampus baru, dan aku belajar lebih independen dalam belajar di jenjang pendidikanku saat ini. Sebagai ibu dan istri aku belajar banyak bagaimana menjalankan semua kewajibanku dengan baik di tengah segala hal yang aku jalani. Memulai belajar dengan membawa dua anak, yaitu anak berusia 8 tahun dan bayi berusia 3 bulan ternyata membuat aku perlu berpikir ekstra keras, dan tentu saja harus punya mental yang kuat, apalagi mengurus visa dependent buat suami dan anak-anak ternyata tak semudah yang kubayangkan.

Baru saja aku merasa menemukan pola dalam ritme hidup di tempat baru, pandemi datang menyapa tanpa memberi aba-aba. Pandemi merubah segalanya, pembelajaran online, ujian online dan anak harus mulai school from home. Tantangan-tantangan terus datang, tapi kupercaya tantangan itu yang akan membantuku untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh. Setuju gak?

Susah Fokus Saat Work From Home?

“Mau kerja, harus berbagi laptop sama anak yang lagi School from Home”

“Susah konsen karena dikit-dikit masak, cuci piring, masak lagi, cuci piring lagi..”

Bingung atur jam kerjanya, rasanya banyak yang kudu dikerjain

“Terpaksa kerja dari meja makan, curi-curi waktu kerja pas anak-anak tidur, internet slow pula…”

Ada sebagian emak-emak, dan mungkin juga bapak-bapak yang ngerasa WFH ini malah bikin kerja gak produktif, beragam alasannya. Sebenarnya perubahan apa sih yang sedang terjadi?

Sebagai individu dewasa, peran dalam keluarga dan pekerjaan ini sesungguhnya adalah peran yang utama yang kita jalani setiap hari, mungkin bahkan ada juga peran di masyarakat.

Peran di keluarga jadi ibu, atau ayah, atau anak. Peran di pekerjaan jadi staf atau leader. Peran di masyarakat mungkin jadi pak RT, bu RT atau jadi warga yang baik.

Peran-peran itu tentunya menuntut sesuatu tanggung jawab kan yah… Kadang bisa saling bertentangan, tapi gak jarang juga saling memperkaya.

Nah, kita setiap hari melakukan transisi peran antara peran di rumah (keluarga), pekerjaan dan mungkin peran di masyarakat.

Transisi itu adalah kegiatan menyebrang batas (crossing boundaries)

dimana kita keluar dari satu peran dan masuk pada peran lain  dengan memintas batas yang ada.

Jadi, peran-peran yang kita jalani itu dapat digambarkan tersusun pada sebuah kontinum, mulai dari segmentasi yang tinggi sampai pada integrasi yang tinggi.

Peran yang tersegmentasi menjadikan tidak fleksibel dan tidak mudah ditembus batasnya. Jelas banget batasnya, sampai kantor kerja, sampai rumah urusan keluarga, jadi perbedaan peran itu amatlah kontras. Kerja ya kerja, keluarga ya keluarga, bahkan mungkin nerima telpon saat jam kerja aja susah. Ada kan pekerjaan yang emang menuntut harus gitu… fokusss banget gitu..

Sementara peran yang terintegrasi cenderung kabur batasnya, karena fleksibilitas tinggi dan permeabilitas tinggi. Fleksibel misalnya dalam satu waktu kita bisa melakukan beberapa peran, sambil jalanin bisnis keluarga bisa main sama anak contohnya. Permeabel maksudnya mengizinkan individu secara fisik berlokasi di satu tempat tapi secara psikologis terlibat di peran lain, misal sambil kerja nerima telepon dari keluarga.

Jadi mana yang lebih baik?

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan ya…

Nah jadi kenapa kita jadi kadang merasa “ambyar” saat WFH ini? Ya karena biasanya kita punya batas yang jelas dari sisi waktu, tempat, secara fisik, psikologis pada peran di pekerjaan dan di rumah, sekarang batas itu blurr atau kabur

Trus gimana caranya biar bisa seimbang?

Atur waktu, artinya batas tetap ada tapi fleksibilitas lebih tinggi…

Pilih tempat yang nyaman meski harus kerja di rumah, nyaman itu pilihan ya, ada yang nyaman dari taman, tapi mungkin ada yang nyaman dari dapur…

Minta dukungan ke keluarga, komunikasikan kalau masih ada target pekerjaan yang harus diselesaikan…

Work-Family Balance

Kemarin saya dapat kesempatan memandu ngobrol via whatsapp di sebuah grup yg saya ikuti, temanya tentang Work Family Balance (WFB). Nah saya akan coba tulis ulang disini ya.

Saya sendiri yang memilih tema ini karena kebetulan sedang saya pelajari dan saya usahakan akhir-akhir ini. Hayoo siapa yg pernah atau sdg mengalami sulitnya menyeimbangkan keduanya? Mungkin ibu-ibu yg lebih banyak tunjuk jari yaaaa….

Kerja dan keluarga merupakan dua hal yang kita jalani dalam kehidupan kita sebagai manusia dewasa. Keduanya menempatkan kita pada peran yang berbeda, dan peran itu membawa konsekuensi dan kepentingan tertentu yang tak jarang saling bercampur aduk. Tidak jarang, kedua peran tersebut saling merebut perhatian kita sehingga sulit bagi kita untuk mencapai apa yg namanya keseimbangan diantara keduanya, bahkan seringkali yg muncul berupa konflik (work-family conflict). Kalau sdh demikian tentu saja dampaknya lebih condong ke arah negatif, seperti munculnya stres, ketidakpuasan kepada pekerjaan, ketidakpuasan kepada keluarga, kelelahan, kondisi kesehatan yang menurun, kesejahteraan psikologis yang menurun, dsb.

Nah ternyata kepuasan/ketidakpuasan pd satu peran juga bisa mempengaruhi pada peran kita yang lain, misal kalau sedang ada masalah di rumah (masalah dg pasangan, atau karena ada anak yang sakit) , tidak jarang akan mengganggu performa kita di tempat kerja juga, misal jadi telat, atau bolos atau gak achieve target, kurang konsen dg kerjaan dll. Demikian pula sebaliknya, kalau pas ada masalah di tempat kerja, kadang di rumah pasangan kita juga kena imbasnya krn kita uring-uringan, atau kita jadi kurang sabar dengan permintaan anak dll. Jadi menjadikan balance adl pilihannya…

Istilah WFB tak jarang juga dipertukarkan dengan WLB (work life balance), namun demikian istilah life tentunya memuat makna yg lebih luas, tidak hanya tentang family (keluarga), namun juga terkait hobi, kesehatan, kesenangan dll. Kalau rekan2 punya segudang aktivitas sosial, mungkin ga cuma punya peran di keluarga & pekerjaan ya, tapi bisa juga di kegiatan sosial lainnya, tapi kali ini saya akan fokus ke WFB dulu ya…

Ranah pekerjaan dan keluarga adalah dua ranah dengan aturan, pola pikir dan perilaku yang berbeda. Dikatakan seimbang ketika WAKTU kita seimbang di kedua peran, KETERLIBATAN secara psikologis di dlm kedua peran seimbang, dan kita merasakan KEPUASAN di kedua peran tsb. Pd dasarnya WFB bisa tercapai saat kita bs mengatur jadwal, membuat prioritas dan mendapat dukungan dr lingkungan, dan kalau hal tsb tercapai pastinya aka nada efek positif baik ke pekerjaan atau ke keluarga kita.

Ada 2 faktor yg membuat WFB muncul yaitu faktor internal dari dalam diri spt komitmen (di kedua peran), pemahaman peran, dan karakter individu, serta faktor eksternal spt dukungan dr lingk sosial, adanya anak, otonomi kerja, jumlah jam kerja.

Hwaa lha praktiknya gimana?? Untuk menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga, mungkin beberapa hal ini perlu diperhatikan..

  • Apakah sudah menentukan nilai utama bagi kita & keluarga? (nilai utama maksudnya value/prinsip/standar/kualitas/identitas yg diinginkan dlm kehidupan sehari2 sbg pedoman dlm bertingkah laku seluruh anggota keluarga).
  • Cari tahu value yg membuat kita bs berkonflik dg diri sendiri dan buat prioritas, misal: tmn2 yakin kalau sampai lebih awal di tmpt kerja adl penting, dan dapur bersih sebelum brkt kerja juga penting. Mana yg akan dipilih kira2? Karena konflik spt ini kdgkala bs memicu stres, dan menghabiskan energi, dan membuat kita merasa tidak puas di kedua peran
  • Tentukan tujuan à adanya tujuan akan menggerakkan kita memilih prioritas.

Beberapa hal praktis yg bisa dicoba…

  • Kurangi perasaan bersalah, kadang krn tdk bs memaksimalkan waktu utk keluarga kita jd merasa buruk, di lain sisi kita jg butuh bekerja, jd jangan menyalahkan diri sendiri ketika ada yg tdk sempurna
  • Kalau di tempat kerja kerjaan dan target padat merayap, jgn lupa tetap jaga komunikasi dg keluarga, luangkan wktu dg buat kegiatan yg menyenangkan bersama keluarga
  • Buat update kegiatan keluarga dan pekerjaan, nyalakan reminder agar kegiatan2 tidak terlewat, reminder tdk hny mslh kerjaan aja tp jg kegiatan keluarga, atau malah jg kegiatan sosial
  • Pastikan ada pendukung yg suportif, shg bs berbagi tugas… kalau di kantor pny atasan yg suportif pasti asik bgt ya, aplg kalau tmpt kerja kita pny budaya dan aturan yg mendukung WFB.. nah di keluarga, pasangan yg suportif akan sgt membantu semuanya bs seimbang
  • Memulai hari dg indah dg mempersiapkan sgla keperluan dr malam sebelumnya
  • Mampu mengelola stres, ini penting supaya ga ada yg jd pelampiasan ya… cara sederhananya dimulai dg pny jadwal yg baik, melakukan relaksasi, tdk menyimpan masalah sendiri & berbagi dg org2 yg dipercaya
  • Menjaga kesehatan, krn kesehatan adl kunci dr keseimbangan di kedua peran itu, kalau kita kelelahan atu krg sehat maka bs sj itu membuat kt mlkkn kslhn
  • Menggunakan waktu dg bijak dan mencoba “here and now”, saat sdg menjalankan peran di rumah dg menemani anak2 hindari mengerjakan pekerjaan lain… saat hrs kerja hindari mengerjakan hal2 yg krg penting.
  • Melibatkan Yang Kuasa untuk menguatkan diri kita bahwa akan ada yg menjaga kita dan keluarga kita…

Nah demikian sedikit obrolan tentang work-family balance…

Kompetensi

kompetensi kunci

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan pertanyaan tentang kompetensi dan pengelolaan SDM berbasis kompetensi. Pertanyaan itu mengantarkan kepada masa-masa delapan tahun silam saat saya mendapat penugasan untuk mengembangkan kompetensi di area baru pada sebuah perusahaan.

Baiklah, pembicaraan tentang kompetensi ini akan kita mulai dari pertanyaan

Apakah Kompetensi itu?

Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari perilaku yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul di tempat kerja. Kompetensi dapat diartikan pula sebagai indikator kinerja berupa perilaku di tempat kerja yang diyakini dapat memprediksi kemampuan di masa mendatang. Kompetensi juga dapat dipahami sebagai penguasaan seseorang atas perpaduan pengetahuan, keterampilan dan karakteristik.

Kenapa harus Kompetensi?

Tren saat ini adalah  kerja berbasis organisasi tim yang multi keterampilan, lintas fungsional dan kemandirian yang memungkinkan pekerja memiliki otonomi yang lebih besar dalam mencapai tujuannya. Sehingga kompetensi menjadi hal yang penting.

Lalu apa itu kamus kompetensi?

Kamus kompetensi merupakan sebuah katalog yang berisi daftar seluruh kompetensi berikut uraiannya, baik yang bersifat dasar maupun berupa keterampilan profesional dan fungsional yang diperlukan perusahaan.

Dalam kamus kompetensi terdapat level kompetensi, yaitu tingkat penguasaan atas suatu jenis kompetensi, yang tergradasi dari sederhana hingga kompleks, paling sempit sampai dengan luas, dan paling mudah hingga sulit.

Competency matrix apa pula itu?

Dokumen yang berisi identifikasi standar level kompetensi jabatan. Dokumen tersebut selanjutnya akan digunakan dalam berbagai aktivitas pengembangan sumber daya manusia, yaitu rekrutmen, training, performance management, dll

Kompetensi bersumber darimana?

Ada lima sumber yaitu motif, karakteristik pribadi (traits), konsep diri, pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills).

Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency atau juga core personality, komponen ini sulit untuk dikembangkan dan sulit untuk mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills biasa disebut visible competency atau surface personality, komponen ini cenderung terlihat, mudah dikembangkan dan mudah dalam pengukurannya, sedangkan komponen self concept berada diantara kedua kriteria kompetensi tersebut.

Bagaimana mengembangkan model kompetensi?

Ada beberapa pendekatan dalam mengembangkan model kompetensi, salah satunya dengan melakukan tiga tahap dalam pengembangan kompetensi, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data dan persiapan, kemudian data yang telah diperoleh dilakukan analisis, kemudian data dilakukan validasi.

Pengumpulan data diawali dengan memahami visi misi organisasi, struktur organisasi, proses bisnis perusahaan, dokumen analisis jabatan dan wawancara expert. Lalu dilakukan analisis. Kemudian mulai dibuat dan dipresentasikan secara panel dengan expert untuk validasi

Bagaimana mengukur kompetensi?

Ada beberapa cara mengukur kompetensi, diantaranya adalah dengan assessment center, wawancara dengan metode BEI (Behavior Event Interview), dan juga penilaian 360 derajat.

Nah kalau ingin belajar lebih lanjut, berikut sumber bacaan yang saya rekomendasikan:

Shermon, G. (2005). Competency based human resources management: A strategic research for competency mapping assesment and development centers. New Delhi. Tata Mc Graw Hill

Spencer, L. M. & Spencer, S. M. (1993). Competence at work. New York. Wiley

Belajar R Statistik

RSebagai peneliti yang tergolong pemula dan masih harus banyak belajar, penguasaan perangkat lunak statistik adalah sesuatu yang tak bisa dihindarkan, statistik rasanya perlu saya jadikan kawan akrab, karena Ia akan membantu saya menjelaskan data-data yang saya peroleh. Nah, awal bulan lalu saya berkesempatan belajar tentang R statistik dari para ahli di Bandung. Training tentang R Statistik dibawakan oleh Pak Heru Wiryanto dan Pak Aswin Januarsjaf. Acara di arrange oleh Pak Medianta Tarigan dari Bina Karir.

Ada beberapa hal yang membuat R statistik menarik bagi saya, R merupakan platform open sources sehingga siapa saja bisa menginstall nya dengan GRATIS, R bisa di install di komputer dengan OS Windows, Mac, ataupun Linux. Kemudian R bisa digunakan untuk melakukan beberapa fungsi, untuk psikometri, baik dengan CTT (teori tes klasik) ataupun IRT (item response theory) bisa dijalankan menggunakan R. Di samping penggunaan R untuk perhitungan, teman saya bahkan ada yang menggunakannya untuk analisis citra digital. Panduannya banyak kalau kita mau googling. Grafik yang dihasilkan bagus, dan yang menarik output hasil statistiknya itu lho sudah terformat sesuai apa yang harus kita laporkan.

Namun demikian tidak dipungkiri, meski saya sudah belajar 3 hari berturut-turut, R ini command nya banyak banget, jadi kalau hanya mengandalkan memori jangka pendek, yah gampang lupa. Trus kalau kita salah command lalu munculnya error.. haha kalau sudah begitu ada 2 kemungkinan, bisa jadi penasaran atau malah mutung. hahahaha. Untuk Anda yang suka coding mengcoding saya pikir ini adalah tantangan yang luar biasa menantang. Kalau kesulitan dengan coding, ada juga shiny yang sudah diciptakan para ahli, dan mereka menshare dengan bebas. Luar Biasa!!!

Kenapa namanya R? Saya juga penasaran, setelah cari tahu sana sini, ternyata karena R project dikembangkan oleh Robert Gentleman dan Ross Ihaka (nama R untuk sofware ini berasal dari huruf pertama nama kedua orang tersebut) yang bekerja di departemen statistik Universitas Auckland tahun 1995.

Mulai tertarik?

Untuk menggunakan R bisa dimulai dengan menginstall R dan menginstall R Studio.

Komunitas pengguna R statistik di seluruh dunia berkembang pesat, biasanya mereka membagikan pengetahuannya melalui platform Rpubs.

Selamat mencoba!

Naik Bus dari Johor Bahru ke Singapura (5)

Setelah selesai kegiatan di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Bahru, saya dan kedua teman saya merencanakan pulang ke Semarang via Singapura. Setelah packing dan sarapan kami bertolak dari Golden Court Hotel ke terminal JB Larkin menggunakan Grab Car. Biaya Grab Car dari hotel ke Terminal Larkin sebesar RM 10, murah kan? puas deh menggunakan layanan Grab Car, drivernya juga ramah-ramah.

cw2

Bus Causeway Link (from google.com)

Memilih Bus di Terminal JB Larkin
Memasuki area terminal, saya merasa seperti masuk ke ITC karena ternyata banyak toko-toko disana, kami sempat bertanya kepada orang-orang dimana tempat menunggu bus, kemudian kami diarahkan untuk ke lantai bawah. Di deretan bus-bus yang ada kami sempat bolak-balik karena belum menjumpai bus yang kami cari. Akhirnya ketemu juga, kami naik bus CW2 (Causeway Link) jurusan Queen Street. Bus nya mudah dikenali karena warnanya kuning. Sebetulnya untuk alternatif lain ada juga bis 170 yang menuju Queen Street. Saat bus datang, kami menyiapkan pembayaran, tiap orang membayar sekitar 3.3 RM, petugasnya juga mengingatkan kepada kami  untuk tidak membuang tiketnya karena kalau sudah sekali membayar maka bisa terus digunakan. Hari itu adalah hari Sabtu, nampaknya situasi cukup ramai dan bis cukup penuh, dan musiknya apa saudara-saudara?Dangdut! Yes! Bus selanjutnya melaju menuju JB sentral.

Proses Imigrasi keluar Malaysia
Bus merapat di JB Sentral atau dikenal pula sebagai Bangunan Sultan Iskandar, penumpang semua turun dan naik ke eskalator.Kami juga mengikuti arus penumpang, walaupun kami sebenarnya pada saat itu tidak tahu apa yang ada di atas sana. Ternyata eskalator itu menuju imigrasi Malaysia. Oleh karena itu kami menyiapkan paspor dan mengikuti prosedur imigrasi, cukup lancar dan tidak banyak kendala. Namun demikian pada sisi lain yaitu memasuki Malaysia nampak ramai antrian hingga mengular. Selesai proses imigrasi selanjutnya kembali turun untuk naik bis CW lagi.

Dari JB Sentral ke Woodlands
Dari JB Sentral kita bisa naik bis CW manapun, ingat tiketnya jangan dibuang yaa, jadi kalau dicek sewaktu-waktu masih ada. Hal yang membuat saya takjub adalah ternyata dari JB Sentral ke Woodlands jaraknya tidak jauh, rasanya cuma seperti  menyeberang sungai yang lebar. Setelah turun di Woodlands kembali harus naik eskalator untuk mengikuti proses imigrasi masuk  Singapura

Proses Imigrasi masuk Singapura
Pada bagian ini kami mulai merasakan lelah karena pada proses ini kami mengantri cukup lama, hampir lebih dari 1 jam kami berdiri untuk menunggu antrian. Untuk masuk ke Singapura kita perlu mengisi kartu kedatangan yang bentuknya mirip seperti slip.
Awalnya kami tidak tahu bahwa ada proses itu, sampai akhirnya mengamati semua orang memegang itu sehingga kami mengambil dan mengisinya juga. Kartu itu terdiri dari bagian yang diambil di proses kedatangan dan nantinya di proses kepulangan.
Selesai proses imigrasi kami turun ke bawah untuk kembali naik bus CW 2, namun demikian antrian mengular panjaaaaaaaang sekali, sampai-sampai lewat beberapa bus CW2 baru kami bisa turut naik. Saat itulah saat dimana kami merasa beban tas punggung yang luar biasa membuat kami menjadi mudah lelah.

Naik Bus dari Woodlands ke Queen Street
Meskipun antrian panjang, kami bertiga mendapatkan tempat duduk dalam bus CW2. Bus melaju dengan cukup nyaman memasuki wilayah Singapura. Rapi, asri dan hijau itu adalah kesan saya tentang situasi Singapura. Sampai akhirnya bus berhenti di terminal Queen Street. Pada waktu itu  kami tidak paham harus kemana, google maps yang menyelamatkan kami. Oh ya di Queen Street kami bisa melihat  ada masjid
dengan kubah di cat emas di dekat situ, sepertinya itu dia Arab Street.

Google maps selanjutnya mengantarkan kami menuju hotel yang sudah kami booking di daerah Bencoolen Street. Kami juga sempat bertanya pada anak muda di sana tentang hotel kami, meskipun dia tidak tahu namun Ia banyak memberikan bantuan kepada kami.
Setelah berjalan beberapa saat akhirnya sampai juga.

Kami bertolak dari hotel di Johor Bahru sekitar pukul 10.00 dan kami sampai di Singapura sekitar pukul 15.00. Perjalanan memang tidak lama mungkin waktu di dalam bus hanya sekitar 1-2 jam, namun demikian perlu diperhitungkan lamanya mengantre di Imigrasi yang cukup melelahkan. Nah begitu pengalaman kami naik bus umum dari Johor Bahru ke Singapura.